Jumat, 02 Desember 2016

MISTERI KEANGKERAN TOKO MERAH DI KOTA TUA

MISTERI KEANGKERAN TOKO MERAH DI KOTA TUA
MISTERI KEANGKERAN TOKO MERAH DI KOTA TUA

Tempat tujuan wisata di Ibu Kota Indonesia ini sangat menarik untuk dikunjungi, lokasinyan yang mudah di jangkau dan strategis ini menjadikan kawasan tersebut selalu ramai di jam-jam tertentu.  Bangunan tua dan unik yang memjadi saksi sejarah perjuangan bangsa Indonesia, menjada daya tarik tersendiri bagi wisatawan baik dalam dan luar negeri.

Biasanya bangunan tua oleh sebagian masyarakat umum dihubungkan dengan keangkeran, begitu juga dengan salah satu bangunan yang bernama Toko Merah. Kenapa Toko Merah? Karena bangunan tersebut memang di dominasi dengan warna merah.
MISTERI KEANGKERAN TOKO MERAH DI KOTA TUA
MISTERI KEANGKERAN TOKO MERAH DI KOTA TUA

Warna merah yang mendominasi bangunan tersebut diambil dari arsitekturnya yang mengambil tema atau gaya Tionghoa yang memang kental dengan warna merahnya tersebut, konon Toko Merah tersebut adalah bangunan yang menjadi saksi bisu pembantaian berdarah ratusan atau bahkan ribuan etnis Tionghoa Batavia di jaman penjajahan. Dulunya tempat tersebut adalah milik salah satu petinggi VOC yang mencetuskan pembunuhan kepada orang Tionghoa aslias orang Cina yang berada di Kota Jakarta, atau dulu masih dikenal dengan Batavia.


Selain menjadi tempat pembantaian etnis Tionghoa, bangunan tersebut dikabarkan juga dijadikan tempat penyiksaan, khususnya para gadis.
MISTERI KEANGKERAN TOKO MERAH DI KOTA TUA
MISTERI KEANGKERAN TOKO MERAH DI KOTA TUA

Karena sejarah kelam yang penuh dengan darah dan air mata itu yang menjadikan bangunan tersebut menjadi angker. Banyak orang yang  mengalami kejadian berbau mistis di sekitar area tersebut. Seperti terdengar suara langkah prajurit, tangisan dan teriakan wanita, serta bunyi aneh lainnya yang kerap muncul di bangunan tua itu. Bukan hanya suara, tetapi ada saksi mata yang sering melihat sesosok wanita misterius disana  yang diyakini makluk itu adalah kuntilanak.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar